Oleh: Septia Yolanda
Ketika disebut kata kartun, apa yang akan ada di kepala kita?
Mungkin sebagian besar yang akan muncul adalah film yang ditujukan untuk tontonan
anak-anak. Tapi sadarkah kita saat sekarang ini hanya sedikit sekali film
kartun yang layak ditonton oleh anak-anak kita? Bahkan banyak film kartun, yang
baru-baru ini malah sangat membahayakan pikiran dan mental anak-anak. Adegan-adegan
yang tidak sepantasnya ditonton oleh anak-anak, kini malah banyak beredar.
Kita ambil saja contohnya, film kartun yang sangat menarik
sekali untuk ditonton yaitu film Frozen yang di produksi oleh Disney dan juga
sempat booming di awal-awal tahun 2014.
Film ini menceritakan tentang dua kakak beradik, di mana sang kakak yang bernama
Elsa memiliki kekutan sihir yang membuat kerajaannya mengalami musim dingin yang
sangat parah. Kekuatan sihir sang kakak juga telah membekukan adiknya yang
bernama Anna, akan tetapi sihir yang membekukan Anna akhirnya bisa dipatahkan dengan
kekuatan cinta dan kasih sayang Elsa kepada adiknya Anna. Apa yang salah dengan
film ini? Bukankah ini baik, mengajarkan rasa persaudaraan yang kuat antar saudara
kepada anak kita? Toh, filmnya bagus dengan
soundtrack serta lagu-lagu yang enak didengar.
Ya, benar sekali! Secara keseluruhan film ini memang sangat enak untuk ditonton.
Kita akan terkesima dengan alur ceritanya dan lagu-lagu yang disuguhkan film
tersebut, serta animasi yang sangat bagus dan akan membuat kita merasa sedang menonton
film yang diperankan langsung oleh manusia.
Di balik itu semua, sadarkah kita bahwa film tersebut berbahaya
yang dapat menghancurkan pola pikir anak-anak? Sekaligus menghancurkan aqidah dan
moral anak-anak yang menontonnya? Tanpa kita sadari perhelatan perang pemikiran
(ghozwul fikr) telah terjadi di dalam
film kartun ini. Bisa kita lihat di akhir film ini, ketika Anna mencium seorang
laki-laki yang telah membantunya mencari Elsa. Bahkan adegan ini cukup lama ditampilkan.
Apakah pantas adegan seperti ini ditonton oleh anak-anak? Tentu saja tidak.
Secara halus mereka merusak moral dan akhlak anak-anak melalui
adegan dewasa dan seks bebas yang ditampilkan di film tersebut. Tidak hanya itu,
mengutip kata-kata dari Mbak Mia Della Vita sebagai orang bekerja di bidang
perfilman, pada saat membedah film ini. Jika film ini ditonton oleh anak-anak, dan
ditanya, siapakah pencipta musim dingin? Kemudian akan mereka menjawab, yang menciptakan
musim dingin adalah Elsa, dengan kekuatan sihirnya. Kejadian seperti ini yang sangat
berbahaya. Aqidah mereka terusak oleh sebuah film kartun yang mereka tonton.
Sehingga untuk mengubah lagi jalan pikiran sang anak untuk menguatkan aqidah mereka,
memahami bahwa semua musim di bumi ini di ciptakan oleh Allah SWT, akan lebih berat.
Tidak hanya film Frozen, masih banyak film-film kartun
yang berbahaya untuk ditonton oleh anak-anak kita. Beberapa diantaranya, yaitu film
Despicable Me 1 dan 2 oleh Illumination Entertaiment, Dr.Seuss The Lorax, yang masih
dari Illumination Entertaiment, Epic oleh Blue Sky Studio yang juga menampilkan
adegan ciuman antara tokoh laki-laki dan perempuan di akhir cerita. Adegan-adegan
yang mengajarkan nilai-nilai asusila telah banyak ditampilkan dalam film kartun
yang juga banyak ditonton oleh anak-anak ini, belum lagi film kartun Frankeinstain
yang bisa membangkitkan hewan yang telah mati dengan kekuatan energi petir, film
Paranorman dengan membangkitkan zombie yang siap memakan otak-otak manuasia dan
membunuh umat manusia, dan Coralline yang dengan kehidupannya di dunia lain yang
akan membuatnya hampir terperangkap dan terbunuh oleh hantu yang membawanya. Semua
film-film tersebut bernuansa horor, yang secara tidak langsung mengarahkan pola
pikir anak-anak bahwa hantu itu dapat dibangkitkan dari kuburannya dengan cara-cara
tertentu dan dihari-hari tertentu, untuk memhancurkan dan membunuh semua umat manusia.
Tidak hanya itu, film-film serial kartun yang sering ditayangkan tiap pagi dan sore
hari juga banyak yang perlu kita waspadai jika ditonton oleh anak-anak kita, seperti
Spongebob Squareants, One-Piece, Sinchan, Yugi-oh dan masih banyak lagi.
Secara tidak sadar ternyata pikiran anak-anak kita telah diserang
oleh bangsa-bangsa yang menginginkan kehancuran umat Islam. Hebatnya mereka, mereka
sangat menyadari bahwa anak-anak adalah generasi penerus, yang kelak akan menjadi
pemimpin bangsa ini dan generasi penerus perjuangan dakwah Islam. Jika mereka berhasil
merubah pola pikir anak-anak kita dengan nilai-nilai negatif serta simbol-simbol
illuminati yang banyak hadir ditayangan film-film kartun yang sering ditonton oleh
anak-anak seperti Spongebob dan Frozen dan lebih-lebih di film Despicable Me 1 dan
2, Dr.Seuss The Lorax, dan film Yugi-Oh, maka mereka akan mudah menghancurkan umat
Islam dan juga negara ini. Mereka dengan sengaja membuat anak-anak akan jauh dari
agamanya, membentuk pola pikir yang menjerumuskan terkait kewajaran pergaulan bebas
di kalangan pemuda bahkan hingga anak-anak, sampai pada puncaknya adalah ketidakpercayaan
tentang adanya Tuhan.
Apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita harus melarang anak-anak
kita menonton TV yang kini sebagian besar telah dikuasai oleh media Yahudi? Jelas
saja itu akan sangat sulit dilakukan, melihat sekarang ini TV adalah barang primer
yang harus ada disetiap rumah, bahkan menjadi sumber hiburan keluarga yang paling
utama.
Ada dua cara dari banyak cara yang bias ditawarkan sebagai
solusi permasalahan di atas. Pertama yaitu dari orang tua, merekalah yang memiliki
peran besar dalam proses pendidikan pertumbuhan seorang anak. Sebagai orang tua,
mereka perlu jeli melihat tontonan-tontonan anak-anak. Apakah ini baik untuk ditonton
oleh mereka atau tidak. Setidaknya, sebagai orang tua, harus terus mendampingi ketika
mereka menonton televisi. Setidaknya memilih tontonan yang baik buat mereka. Walaupun
tidak semua film kartun yang mengajarkan tentang pola pikir merusak, contohnya film
kartun Upin dan Ipin yang berasal dari Malaysia. Upin dan Ipin yang digambarkan
sebagai dua anak kembar dijadikan tokoh utama dalam film kartun ini. Di dalam film
ini, alur ceritanya bagus yang menceritakan kehidupan anak-anak yang sangat anak-anak.
Hal ini terlihat dari gambaran permainan-permaianan tradisional Melayu yang ditayangkan
serta memasukkan nilai-nilai keislaman yang digambarkan lewat kehidupan Upin dan
Ipin, dan arti toleransi beragama. Di mana Upin dan Ipin beragama Islam berteman
dengan Memey yang beragama Budha, dan Jarjit yang beragama hindu. Dimana diceritakan
mereka berteman sangat dekat sekali.
Pertanyaan yang sering muncul di kalangan orang tua,
lantas bagimana jika kedua orang tua bekerja? Dan tidak bisa memantau anak-anak
24 jam? Dalam kasus ini, orang tua harus tau perkembangan psikologis anak. sering-seringlah
menanyakan kegiatan harian anak-anak ketika kita tidak sedang bersama mereka. Jangan
lupa, jika kita sedang bersama mereka tanamkan nilai-nilai aqidah yang lurus untuk
mewaspadai nilai-nilai barat, yang bersifat merusak, yang masuk kedalam pola
pikir anak-anak kita. Mengobrol dengan anak-anak kita juga akan memperkuat ikatan
hati kita dengan anak, yang membuat kita bisa dengan mudah mengarahkan pola
pikir anak-anak kita.
Kedua, jika mereka bangsa Yahudi dan bangsa Barat
menanamkan nilai-nilai sekularisme mereka secara halus dan cukup pintar. Mengapa
kita tidak melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Kita bisa membuat
film-film kartun yang layak ditonton oleh anak-anak, dengan memasukkan nilai-nilai
aqidah yang lurus kedalam film-film kartun yang kita buat. Kita mempunyai animator-animator
ulung yang mampu melakukan itu semua. Kita mempunyai kebudayaan yang berbudi luhur
yang bisa diangkat menjadi cerita anak. Di Negara ini juga banyak Universitas-Universitas
yang menelurkan animator-animator yang mumpuni dibidangnya. Hanya saja, kadang
Negara ini tidak mampu atau tidak mau memfasilitasi serta memberikan kesejahteraan
yang cukup. Sehingga banyak animator-animator ulung Indonesia bekerja untuk
Negara lain. Contoh nya saja film Upin dan Ipin diatas. Yang kita tahu telah sukses
baik di Negara tempat film itu diproduksi maupun di Negara lain. Dan salah satu
animator nya adalah anak bangsa ini, yang juga menimba ilmu dari Universitas di
Negara ini.
Oleh karena itu, permasalahan di atas tak lagi menjadi permasalahan
bagaimana orang tua mendidik anaknya atau memberikan tontonan kepadanya. Akan tetapi
ini menjadi masalah dan PR bagi pemerintah kita dan juga buat kita bersama, bagaimana
cara kita menyiapkan tontonan yang layak untuk anak. Demi generasi penerus bangsa
ini.
Wallahu’alam.