Jumat, 14 Maret 2014

Film Genre Anak, Masih Adakah?

Oleh: Septia Yolanda

Ketika disebut kata kartun, apa yang akan ada di kepala kita? Mungkin sebagian besar yang akan muncul adalah film yang ditujukan untuk tontonan anak-anak. Tapi sadarkah kita saat sekarang ini hanya sedikit sekali film kartun yang layak ditonton oleh anak-anak kita? Bahkan banyak film kartun, yang baru-baru ini malah sangat membahayakan pikiran dan mental anak-anak. Adegan-adegan yang tidak sepantasnya ditonton oleh anak-anak, kini malah banyak beredar.
Kita ambil saja contohnya, film kartun yang sangat menarik sekali untuk ditonton yaitu film Frozen yang di produksi oleh Disney dan juga sempat booming di awal-awal tahun 2014. Film ini menceritakan tentang dua kakak beradik, di mana sang kakak yang bernama Elsa memiliki kekutan sihir yang membuat kerajaannya mengalami musim dingin yang sangat parah. Kekuatan sihir sang kakak juga telah membekukan adiknya yang bernama Anna, akan tetapi sihir yang membekukan Anna akhirnya bisa dipatahkan dengan kekuatan cinta dan kasih sayang Elsa kepada adiknya Anna. Apa yang salah dengan film ini? Bukankah ini baik, mengajarkan rasa persaudaraan yang kuat antar saudara kepada anak kita? Toh, filmnya bagus dengan soundtrack serta lagu-lagu yang enak didengar. Ya, benar sekali! Secara keseluruhan film ini memang sangat enak untuk ditonton. Kita akan terkesima dengan alur ceritanya dan lagu-lagu yang disuguhkan film tersebut, serta animasi yang sangat bagus dan akan membuat kita merasa sedang menonton film yang diperankan langsung oleh manusia.
Di balik itu semua, sadarkah kita bahwa film tersebut berbahaya yang dapat menghancurkan pola pikir anak-anak? Sekaligus menghancurkan aqidah dan moral anak-anak yang menontonnya? Tanpa kita sadari perhelatan perang pemikiran (ghozwul fikr) telah terjadi di dalam film kartun ini. Bisa kita lihat di akhir film ini, ketika Anna mencium seorang laki-laki yang telah membantunya mencari Elsa. Bahkan adegan ini cukup lama ditampilkan. Apakah pantas adegan seperti ini ditonton oleh anak-anak? Tentu saja tidak.
Secara halus mereka merusak moral dan akhlak anak-anak melalui adegan dewasa dan seks bebas yang ditampilkan di film tersebut. Tidak hanya itu, mengutip kata-kata dari Mbak Mia Della Vita sebagai orang bekerja di bidang perfilman, pada saat membedah film ini. Jika film ini ditonton oleh anak-anak, dan ditanya, siapakah pencipta musim dingin? Kemudian akan mereka menjawab, yang menciptakan musim dingin adalah Elsa, dengan kekuatan sihirnya. Kejadian seperti ini yang sangat berbahaya. Aqidah mereka terusak oleh sebuah film kartun yang mereka tonton. Sehingga untuk mengubah lagi jalan pikiran sang anak untuk menguatkan aqidah mereka, memahami bahwa semua musim di bumi ini di ciptakan oleh Allah SWT, akan lebih berat.
Tidak hanya film Frozen, masih banyak film-film kartun yang berbahaya untuk ditonton oleh anak-anak kita. Beberapa diantaranya, yaitu film Despicable Me 1 dan 2 oleh Illumination Entertaiment, Dr.Seuss The Lorax, yang masih dari Illumination Entertaiment, Epic oleh Blue Sky Studio yang juga menampilkan adegan ciuman antara tokoh laki-laki dan perempuan di akhir cerita. Adegan-adegan yang mengajarkan nilai-nilai asusila telah banyak ditampilkan dalam film kartun yang juga banyak ditonton oleh anak-anak ini, belum lagi film kartun Frankeinstain yang bisa membangkitkan hewan yang telah mati dengan kekuatan energi petir, film Paranorman dengan membangkitkan zombie yang siap memakan otak-otak manuasia dan membunuh umat manusia, dan Coralline yang dengan kehidupannya di dunia lain yang akan membuatnya hampir terperangkap dan terbunuh oleh hantu yang membawanya. Semua film-film tersebut bernuansa horor, yang secara tidak langsung mengarahkan pola pikir anak-anak bahwa hantu itu dapat dibangkitkan dari kuburannya dengan cara-cara tertentu dan dihari-hari tertentu, untuk memhancurkan dan membunuh semua umat manusia. Tidak hanya itu, film-film serial kartun yang sering ditayangkan tiap pagi dan sore hari juga banyak yang perlu kita waspadai jika ditonton oleh anak-anak kita, seperti Spongebob Squareants, One-Piece, Sinchan, Yugi-oh dan masih banyak lagi.
Secara tidak sadar ternyata pikiran anak-anak kita telah diserang oleh bangsa-bangsa yang menginginkan kehancuran umat Islam. Hebatnya mereka, mereka sangat menyadari bahwa anak-anak adalah generasi penerus, yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini dan generasi penerus perjuangan dakwah Islam. Jika mereka berhasil merubah pola pikir anak-anak kita dengan nilai-nilai negatif serta simbol-simbol illuminati yang banyak hadir ditayangan film-film kartun yang sering ditonton oleh anak-anak seperti Spongebob dan Frozen dan lebih-lebih di film Despicable Me 1 dan 2, Dr.Seuss The Lorax, dan film Yugi-Oh, maka mereka akan mudah menghancurkan umat Islam dan juga negara ini. Mereka dengan sengaja membuat anak-anak akan jauh dari agamanya, membentuk pola pikir yang menjerumuskan terkait kewajaran pergaulan bebas di kalangan pemuda bahkan hingga anak-anak, sampai pada puncaknya adalah ketidakpercayaan tentang adanya Tuhan.
Apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita harus melarang anak-anak kita menonton TV yang kini sebagian besar telah dikuasai oleh media Yahudi? Jelas saja itu akan sangat sulit dilakukan, melihat sekarang ini TV adalah barang primer yang harus ada disetiap rumah, bahkan menjadi sumber hiburan keluarga yang paling utama.
Ada dua cara dari banyak cara yang bias ditawarkan sebagai solusi permasalahan di atas. Pertama yaitu dari orang tua, merekalah yang memiliki peran besar dalam proses pendidikan pertumbuhan seorang anak. Sebagai orang tua, mereka perlu jeli melihat tontonan-tontonan anak-anak. Apakah ini baik untuk ditonton oleh mereka atau tidak. Setidaknya, sebagai orang tua, harus terus mendampingi ketika mereka menonton televisi. Setidaknya memilih tontonan yang baik buat mereka. Walaupun tidak semua film kartun yang mengajarkan tentang pola pikir merusak, contohnya film kartun Upin dan Ipin yang berasal dari Malaysia. Upin dan Ipin yang digambarkan sebagai dua anak kembar dijadikan tokoh utama dalam film kartun ini. Di dalam film ini, alur ceritanya bagus yang menceritakan kehidupan anak-anak yang sangat anak-anak. Hal ini terlihat dari gambaran permainan-permaianan tradisional Melayu yang ditayangkan serta memasukkan nilai-nilai keislaman yang digambarkan lewat kehidupan Upin dan Ipin, dan arti toleransi beragama. Di mana Upin dan Ipin beragama Islam berteman dengan Memey yang beragama Budha, dan Jarjit yang beragama hindu. Dimana diceritakan mereka berteman sangat dekat sekali.
Pertanyaan yang sering muncul di kalangan orang tua, lantas bagimana jika kedua orang tua bekerja? Dan tidak bisa memantau anak-anak 24 jam? Dalam kasus ini, orang tua harus tau perkembangan psikologis anak. sering-seringlah menanyakan kegiatan harian anak-anak ketika kita tidak sedang bersama mereka. Jangan lupa, jika kita sedang bersama mereka tanamkan nilai-nilai aqidah yang lurus untuk mewaspadai nilai-nilai barat, yang bersifat merusak, yang masuk kedalam pola pikir anak-anak kita. Mengobrol dengan anak-anak kita juga akan memperkuat ikatan hati kita dengan anak, yang membuat kita bisa dengan mudah mengarahkan pola pikir anak-anak kita.
Kedua, jika mereka bangsa Yahudi dan bangsa Barat menanamkan nilai-nilai sekularisme mereka secara halus dan cukup pintar. Mengapa kita tidak melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Kita bisa membuat film-film kartun yang layak ditonton oleh anak-anak, dengan memasukkan nilai-nilai aqidah yang lurus kedalam film-film kartun yang kita buat. Kita mempunyai animator-animator ulung yang mampu melakukan itu semua. Kita mempunyai kebudayaan yang berbudi luhur yang bisa diangkat menjadi cerita anak. Di Negara ini juga banyak Universitas-Universitas yang menelurkan animator-animator yang mumpuni dibidangnya. Hanya saja, kadang Negara ini tidak mampu atau tidak mau memfasilitasi serta memberikan kesejahteraan yang cukup. Sehingga banyak animator-animator ulung Indonesia bekerja untuk Negara lain. Contoh nya saja film Upin dan Ipin diatas. Yang kita tahu telah sukses baik di Negara tempat film itu diproduksi maupun di Negara lain. Dan salah satu animator nya adalah anak bangsa ini, yang juga menimba ilmu dari Universitas di Negara ini.
Oleh karena itu, permasalahan di atas tak lagi menjadi permasalahan bagaimana orang tua mendidik anaknya atau memberikan tontonan kepadanya. Akan tetapi ini menjadi masalah dan PR bagi pemerintah kita dan juga buat kita bersama, bagaimana cara kita menyiapkan tontonan yang layak untuk anak. Demi generasi penerus bangsa ini.
Wallahu’alam.


0 komentar:

Posting Komentar