Kamis, 09 Januari 2014

Selamat Jalan Saudaraku, Kang Aden Edcoustic

Oleh: Alfina Azzahra



Islamedia - Untuk mereka yang telah mencicipi indahnya keimanan dan ketakwaan, lepas sejengkal darinya, sadar atau tidak, sebenarnya adalah sebuah kepiluan dan kepahitan. Mendapatkan keimanan bukan hal yang mudah. Keimanan adalah emas, berlian, dan harta karun yang tak ternilai harganya. Yang sejatinya hanya perlu di gali di dasar hati kita.



Ingatan  saya terbang ke masa lalu, tujuh tahun yang lalu. Saat keimanan belum peka dan bercahaya dalam hati saya. Memang saat ini pun keimanan ini masih compang-camping. Tapi, minimal iman itu sudah berhasil digali dan bersemayam di hati.

Kepada  hal yang dirasa menjadi perantara datangnya hidayah Allah dan merasuknya iman ke hati seseorang, tak apalah bersyukur dan berterima  kasih banyak padanya. Dan grup musik religi ini, lewat alunan nada dan melodi indahnya, mencoba membantu menumbuhkan dan menguatkan iman di dasar hati manusia. Menguatkan lewat syair  dan temponya.

Namun, sekarang  sang maestro telah tiada.

Terlihat dari syair lagunya, begitu rindunya dia dengan Sang Pencipta. Maka, telah Dia persembahkan juga kado terindah untuk maestro kita. Semoga surga telah tersedia untuknya.

Bait-bait puisi ini untuk mengenang jejak perjuangannya, berusaha  teguh merambah dakwah di ranah yang lebih luas. Ranah seni, dimana justru banyak manusia menduakan dan melupakan Sang Pencipta di ranah ini.

Melodimu masih terngiang di telingaku
Getar pita suaramu masih terasa lewat bait-bait lagu
Keinginan hatimu masih terbaca kala kucoba heningkan qalbu
Luapan emosimu masih meletup, saudaraku..
Saudaraku...
Entah sudah beribu kesempatan terlewati untuk melihatmu
Beribu praduga tercatat malaikat tentangmu
Beribu syak wasangka memenuhi benakku
Juga beribu ucapan hebat terkulum dalam mulutku
Saudaraku..
Aku tahu kau mencoba mengajarkan
Cinta abadi di dunia
Lewat nada dan syairmu
Mencoba membuat hati manusia menggenggam iman dan terteduh
Banyak manusia menulis melodi untuk menduakan Penciptanya
Bertebaran anak manusia menggubah nada untuk melupakan nikmatNya
Tapi..
Goresan melodi di kertasmu adalah buah karya pengabdian pada Sang Pencipta
Alunan nada syairmu menggambarkan wujud syukur nikmatNya
Tabungan duniamu kiranya telah cukup
Hingga Allah memanggilmu karena rinduNya yang sangat padamu
Seperti Thalhah ..
Sang syahid yang masih hidup
Lagumu semoga selalu hidup di hati-hati insan yang rindu  pada Penciptanya.. 
Lagumu semoga menopang keimanan dan sebagai alunan amal jariyah bekal ke surga.. 
Saudaraku..
Selamat jalan.. 
Selamat berpulang..


"Selamat Jalan Saudaraku"
Puisi ini dibuat untuk mengenang perjuangan Kang Aden edCoustic

0 komentar:

Posting Komentar