Oleh: Saif Fatan
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Apabila sepertiga malam tiba,
maka Allah turun kelangit pertama (sesuai dangan keagungan-Nya). Lalu memanggil
(hamba-Nya): Adakah orang yang mau bertaubat? Aku akan menerima taubatnya.
Adakah orang yang minta ampun? Aku akan mengampuninya. Adakah orang yang
memerlukan sesuatu? Aku akan penuhi keperluannya. Hal seperti itu dilakukan
oleh Allah setiap malam”
(HR. Bukhari)
Secangkir ronde kembali menemaniku malam ini. Memberiku banyak
inspirasi mengenai makna perjuangan dan kesungguhan. Entah, tidak pertama kali
ini saja aku menikmati kehangatan ronde yang beraromakan jahe dengan racikan
legitnya gula merah ini. Seringkali menjadi sebuah nuansa baru bagiku,
khususnya di malam hari. Waktu tempatku mencurahkan perenungan panjang dan
belajar bermuhasabah diri di tengah kekalutan jiwa karena disibukkan dalam
aktivitas dan rutinitas duniawi.
Aku terkesima dengan diorama kisah perjuangan menimang hidup
seorang pedagang ronde yang rela menghabiskan setengah malamnya untuk berjalan
menjajaki minuman hangat ini. hal ini telah menyadarkan jiwaku, menghempaskan
kemalasanku, dan membangunkan kesadaranku untuk terus beranjak memperbaiki
diri. Jika bukan karena keluarga, mungkin sang penjual tidak akan mempunyai
tekad sekuat ini untuk membiarkan dirinya tetap terjaga di malam hari. Jika
bukan karena keinginannya untuk memberikan kebahagiaan yang tulus dan ingin
melihat senyum merekah dari anak-anaknya, mungkin ia bisa saja bersantai dengan
kelalaiannya menikmati waktu yang tanpa makna.
Itu semua adalah pilihan, namun di sinilah kesungguhan
memberikan yang terbaik, yang akan mengiring kita kepada sebuah pilihan yang
berujung pada sebuah kebahagiaan batin. Kadar kebahagiaan kita ternyata seiring
dengan sejauh mana kesungguhan itu menjadi hela nafas ikhtiar kita.
Sang pedagang ronde mempunyai sebuah keyakinan bahwa
kebahagiaan itu akan didapat ketika ia membawa secerca kebahagiaan atas kerja
keras menjajakan ronde selama setengah bahkan semalam suntuk, demi keluarga.
Karena ia sadar bahwa keluarga menjadi barometer kesuksesannya di dunia. Bukan
sekedar memberikan nafkah dan sebatas mencarikan harta kebutuhan duniawi.
Keluarga yang bijak lebih menilai kerja keras dibandingkan kedua hal tersebut.
Beberapa kali aku bertemu dengan macam-macam karakter dari
tukang ronde yang menjadi langgananku hampir setiap malam. Berbagai raut wajah
nampak di sela-sela perjuangan mereka di waktu banyak orang malah menghabiskan
waktunya untuk beristirahat dan mungkin bercengkrama dengan keluarga. Hanya ada
satu kesamaan rasa yang aku tangkap dari setiap garis wajah yang selalu menyapa
di tengah dinginnya malam. Yaitu garis perjuangan membahagiakan orang lain.[]
1 komentar:
Ijin save gambarnya untuk ilustrasi posting ya, Gan. Terimakasih banget.
Posting Komentar